Pertemuan kita saat
itu bukan yang pertama kali. Tapi saat pertemuan itulah kamu dan aku mungkin
memiliki chemistry satu sama lain. Kamu melontarkan pertanyaan simple, hanya
sekedar basa-basi untuk memulai obrolan diantara kita. Disana bukan hanya kita
berdua, ada beberapa teman-temanmu yang asyik dengan obrolan mereka. Aku dan
kamu tidak akan menyangkanya, kalau pertemuan itulah yang membuat kita memiliki
hubungan tidak bernama dihari berikutnya.
Hari terus
berganti, waktu terus melangkah maju, kita terlena dengan hubungan tidak
bernama ini, aku dan kamu dengan berani mengatakan kata “sayang” satu sama
lain. Kita menjadi sering makan siang bersama, menonton Film bersama, saling
memberi kabar, saling mengingatkan sesuatu, saling memberi perhatian, bercanda
bersama bahkan curhat untuk beberapa hal pribadi. Aku merasa nyaman bila berada
didekatmu, kamupun sepertinya begitu. Aku terlena, ya mungkin akulah yang lebih
tepatnya terlena. Semakin hari rasa sayang ini semakin mendalam. Tapi bagaimana
dengan hubungan ini? Tidak pernah terucap sebuah kata ini hubungan apa..
pertemanan?? Tidak !! ini tidak bisa disebut pertemanan. Pacaran?? Tidak. Ini
tidak bisa disebut pacaran. Karena memang kesalahan ada pada aku yang telah
memiliki kekasih. Dan hingga pada satu hari kita memutuskan untuk mengakhiri
hubungan yang tidak bernama ini.
Sekarang yang
terjadi pada kita begitu rumit. Bahkan aku tidak dapat membayangkannya. Kita
menjadi sulit bersikap. Saat bertem aku dan kamu tidak sanggup saling
memandang. Tidak sanggup bertegur sapa. Kita menjadi sangat asing walaupun kita
saling mengenal bahkan sempat sangat dekat sebelumnya. Pesan di bbm yang
seringku terima darimu pun kini sudah tidak ada lagi. Sebenarnya aku rindu, aku
ingin sekali kembali menyapa walaupun hanya di pesan bbm, tapi aku harus
menahan rindu ini untuk kebaikan kita berdua, seperti yang pernah kita sepakati
saat kita memutuskan mengakhiri hubuhan tidak bernama ini. Kita tidak lagi
saling mengusik, kita tidak lagi seperti beberapa waktu lalu, kita menjadi diam
satu sama lain, kita…. Sudah berakhir…!!!
Saat aku berpikir,
apa yang membuat aku begitu mudah menyayangimu?? Apa yang membuat aku suka??
Entahlah…. Aku memang menyukai cowo berkacamata, tapi bukan hanya itu
yang menarik darimu. Perhatian?? Standar saja. Romantis?? Tidak. Royal?? Tidak.
Mungkin perasaan nyaman saat bersama, mengobrol sampai lupa sudah menghabiskan
waktu berjam-jam, rasanya tidak membosankan walaupun kita hanya duduk-duduk bicara.
Kamu benar-benar special untuk hari-hariku yang singkat. Tuhan mempertemukan
aku dan kamu tanpa menjadi “KITA” selamanya, tentu bukan untuk sesuatu yang
tidak ada gunanya dan aku yakin itu.
Terima kasih
untukmu yang pernah mengisi hari-hariku.
Terima kasih karena
kamu menyayangiku.
Terima kasih ,
Karena pernah perhatian padaku.
Terima kasih telah
memberikan waktumu dan harimu.
Terima kasih telah
bersedia aku sayangi.
Terima kasih telah
mengizinkanku merindukanmu.
Terima kasih untuk
senyum khas mu yang aku sukai itu.
Terima Kasih……
Maaf, karena aku
dan kamu belum bisa menjadi “KITA”
Maaf, karena telah
membuat luka dihatimu
Maaf……
Bisakah kita tetap
menjadi seseorang yang tak asing? Tetap berteman seperti sebelumnya?? Tetap
saling menyapa saat berjumpa?? Tetap saling memberi senyum? Tetap bercanda? Bisakah???
Meski kita pernah
memiliki rasa yang sama, namun kita tidak dapat melangkah maju seperti orang
lain yang sejalan. Aku ingin, tapi aku tak bisa. Kamu ingin, tapi tak bisa.
Kita ingin tapi memang tak bisa. Kita memiliki alasan masing-masing seperti
kita memiliki alasan untuk saling membahagiakan walau kita terluka. Kamu
mendoakan aku bahagia, akupun mendoakanmu bahagia. Mungkin dengan doa ini lah
kita tau, kita tetap bersama dengan tujuan yang sama (menginginkan kebahagiaan
satu sama lain) walau raga ini sudah memilih jalan berbeda. Semoga kamu
menemukan seseorang yang akan menyayangi dan mencintai kamu dengan tulus
dikemudian hari. Amiiin.
Dari Aku,
Yang sampai saat
ini masih memiliki rindu untukmu